Minggu, 11 November 2012

Danau Ranu Grati

Danau Ranu Grati merupakan salah satu obyek wisata alam kabupaten pasuruan. Dengan luas 198 hektar ini,Danau Ranu Grati ini terletak diantara 3 desa di kecamatan Grati, yaitu Desa Sumberdawesari, Desa Ranuklindungan, dan Desa Gratitunon. Jumlah penduduk yang bermukim di sekitar Ranu Grati sekitar 18.564 jiwa. Lokasi danau Ranu Gratiberada di sebelah selatan tidak jauh dari jalan pantai utara diantara ruas Pasuruan- Probolinggo. Di Danau Ranu Grati ini mulai dulu sampai sekarang banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mencari penghasilan mencari ikan, dikawasan Danau Ranu Grati (biasanya disebelah barat) banyak berdiri keramba untuk menangkap ikan.
Ada hal cerita menarik yang ada di Danau Ranu Grati ini, saya sendiri belum tahu ini benar atau tidak, tapi cerita ini mulai ada dari nenek saya dulu, dan penduduk sekitar juga membenarkan cerita ini. Menurut cerita yang ada bahwa di danau Ranu Grati ini dulunya ada tentara Belanda yang membawa Pasukannya (memakai peralatan Tank Amphibi) untuk melewati Danau ini, sebelum mereka melewati Danau ini mereka sudah diperingatkan oleh penunggu Danau untuk tidak melewatinya, karena bagi siapa saja yang mencoba melewati danau itu tidak akan bisa kembali,dikarenakan di danau itu ada sebuah lobang besar yang berbentuk kerucut terbalik (kalau dibayangkan keadaan danau seperti jam pasir), tetapi tentara belanda tersebut tidak menghiraukan peringatan dari Sang Penunggu Danau, mereka melewati danau tersebut dan sampai saat ini tidak pernah ada yang menemukan tentara tersebut.


Sekitar tahun 2000 an, pemerintah kabupatenPasuruan mulai memperkenalkan wisata Danu Ranu ini, yaitu dengan diselenggarakannya berbagai kegiatan dan event tingkat Nasional, seperti event yang pernah saya hadiri dulu yaitu Lomba Olah Raga Air tingkat Jawa-Bali. Mungkin dengan adanya kegiatan ini pemerintah Kabupaten Pasuruan berharap dapat memperkenalkan Wisata Danau Ranu ini ke masyarakat Indonesia.



Untuk menuju ke Wisata Danau Ranu ini dapat ditempuh sekitar 30 menit dari kota Pasuruandan Probolinggo dan 90 menit dari kawasan wisata Gunung Bromo

Banyu Biru

Diceritakan bahwa ada tujuh bidadari yang turun dari kahyangan dan mandi di sebuah telaga. Para bidadari senang mandi dan bersenda gurau di telaga ini  karena airnya sangat jernih, di dalamnya terdapat sumber mata air dan dasar telaga ini membiaskan warna biru yang indah. Namun, keceriaan para bidadadri ini sempat terusik gara-gara ulah Joko Tarub yang suka mengintip dan membawa kabur pakaian salah satu bidadari itu.
Cerita ini mengalir dan menjadi legenda rakyat. Tapi siapa sangka, pemandian bidadari itu adalah Banyu Biru yang terletak di Sumberejo, Kecamatan Winongan, sekitar 20 km dari kota Pasuruan, Jawa Timur. Menurut legenda versi ini, konon, mengisahkan Joko Tarub yang suka mengintip akhirnya dikutuk dewa menjadi ikan wader yang harus menunggui sumber air Banyu Biru ini.
Legenda ini lambat laun menjadi mitos yang terus dipercaya hingga kini. Tak perduli legenda itu benar atau tidak, pemandian alam Banyu Biru tetap menarik untuk dikunjungi. Wisatawan dari berbagai penjuru daerah selali datang untuk mengunjungi obyek wisata andalan Kabupaten Pasuruan ini. Pemandian alam ini dulu dikenal dengan sebutan Telaga Wilis. Konon, ketika Belanda datang ke negeri iini (1887), terkesima melihat keindahan telaga yang memancarkan warna kebiruan dari dasar kolamnya, kemudian mereka menyebutkan dengan Banyu Biru, dan nama itu kian populer seiring dengan legenda dan mitos yang menyertainya.
Pada setiap Jumat legi, banyak orang yang mandi dan berendam di telaga ini. Dengan melakukan mandi dan berendam di telaga, dipercaya dapat membuat orang menjadi awet muda. Sumber air di telaga ini dipercaya dapat membuat orang menjadi awet muda. Sumber air di telaga ini dipercaya pula dapat menghilangkan berbagai macam penyakit, terutama pegal-pegal dan linu-linu.
Bila Idul Fitri tiba, digelar pesta lebaran selama tujuh hari berturut-turut. Puncaknya pada hari ke tujuh atau pada hari raya ketupat, masyarakat sekitar Banyu Biru dan warga sekitar Pasuruan berduyun-duyun memadati telaga ini dan menaburkan uang logam ke teleng. Teleng adalah bagian terdalam dari sumber air. Mereka juga meletakkan serangkaian ketupat dan mengadakan selamatan (nyandran) di makam Raja Kera. Prosesi upacara ini dilakukan bertujuan untuk membuang sial atau sangkal.
Versi lain menyebutkan bahwa Banyu Biru merupakan tempat ditemukannya kerbau yang dikeramatkan oleh penduduk. Sumber air ini lambat laun berubah menjadi telaga yang dipercaya menyimpan kekuatan gaib. Tak heran bila diantara para pengunjung ada yang datang secara khusus untuk minta berkah, baik untuk kesuksesan hidup atau demi melancarkan rezeki.
Yang unik, di telaga ini hidup Ikan Wader  yang besarnya 115 cm dengan diameter 30 cm. Warga sekita menyebutnya Ikan Sengkaring. Ikan Wader ini dipercaya hanya hidup di pemandian alam Banyu Biru. Jumlahnya tetap dari tahun ke tahun, tidak berkurang atau bertambah. Masyarakat sekitar atau pengunjung tidak ada yang berani untuk mengambil atau bahkan memakan ikan wader tersebut. 

Sumber atau mata air pemandian alam ini membiaskan warna kebiruan. Konon, karena di dasarnya terdapat serpihan-serpihan fosfor berwarna biru, yang dipercaya merupakan pecahan dari bongkahan fosfor yang sangat besar. Serpihan fosfor inilah yang kemudian menjadikan air kolam itu terlihat seolah-olah berwarna biru. Bila tertimpa sinar matahari warna biru berkulauan memancar dari dasar kolam.
Bagian inilah yang menjadi daya tarik utama sehingga bentuk pemandian ini tetap dipertahankan keasliannya. Kebiruan kolam hanya bisa disaksikan ketika kolam dalam keadaan tenang. Saat kolam ramai oleh pengunjung yang mandi atau berenang, maka warna kebiruan hanya terlihat sebatas fatamorgana. 
Disekitar Banyu biru juga masih dirawat arca bersejarah diantaranya archa 2 Naga yang membelitkan badannya dan kepalanya di posisi yg berlawanan, dan lain-lain (lupa namanya) hehe..



 Letak Geografis : Jarak dari kota kurang lebih 20 Km
Luas wilayah Banyu Biru kurang lebih 4 hektarWilayah desa Sumber RejoKecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan. Kera – kera yang di pelihara oleh penemu Banyu Biru ( P. tombro ) berkembang biak hingga beratus – ratus ekor. Pada waktu pendudukan Jepang kera-kera itu habis ditembaki dan sisanya menyingkir kehutan di dekat desa Umbulan yang terkenal dengan sumber air minumnya.
Tiket masuk Rp.5000/orang (anak kecil tidak dihitung). Parkir motor Rp2.000, Toilet Rp.1000/masuk, Popomie Rp.7500 (Kalo laper). Tertanggal 7/11/2012.