Sabtu, 21 Desember 2013

Turun Gunung Arjuno Via Lawang (Kebun Teh)

Jam setengah 9 pagi waktu jam tangan saya, 5 teman turun duluan, Anu (Juna), Biga, cak Eko, dan pasangan serasi Max dan Yoga.

sedangkan Ana (saya), Ani (Mb.Anik), Dion, Mas Deden dan Lek Gun turun setengah jam setelah tim pertama, keterlambatan ini diakibatkan oleh saya, Mb.Anik dan Dion yang masih menikamati kopi pagi di puncak Arjuno,  hehe kawan-kawan yang lain sampe semremet nunggu kami packing di puncak.


Sebenarnya bukan sengaja berlama-lama di puncak, tapi kami sedang packing waktu teman-teman di bawah sudah siap turun, saya, mbak anik dan Dion belum selesai packing. waktu teman-teman manggil-manggil dari bawah, saya baru pulih, sebelumnya saya masih tiduran di atas batu, saya belum bisa jalan, waktu teman-teman manggil dari bawah, saya bilang 'Aku wes waras' maksudnya saya ngasih kabar baik ke mereka, tapi tanggapan mereka sebel, dikiranya kami sengaja berlama-lama di atas.
 
Mas Deden dan Lek Gun setia menunggu kami tidak jauh dari puncak.
'iku lho bahune mulyadi ditaleni ae, timbang kumat maneh' kata Mas Deden, aseeekkk namaku berubah jadi Mulyadi dengan nama beken cak Moel, dan sampai sekarang tim Arjuno memanggil saya dengan cak Moel, Suwun lho Mas Deden atas nama barunya. Mbois bingit iki

Ekspresi MAs Gun, Yoga, dan Mas Deden waktu nunggu kami (ngapunten nggih)

Perjalanan pulang ini saya ndak bawa apa-apa kecuali kamera dan tongkat, lho lak koyo sotograper a lek ngene, mosok turun gunung gak gowo opo-opo, sombongku turun sak sret, turun via lawang ini membuat kawan-kawan banyak yang njungkel bolak-balik, dan Mb.Anik gagal dengkulnya kumat. Lengkap sudah perjalanan munggah mudun Gunung Arjuno ini dengan cerita 3 cewek sombong, si Anu njungkel sampe semaput, si Ana gagal bahu sampe meraung nangis2 dan umbelen dan si Ani gagal dengkul sampe mringis-mringis di jalan licin.

Setengah jam kemudian tim kancrit (terakhir) turun, sedangkan tim duluan sudah menunggu tim kancrit di bawah, lalu kami bersepuluh (lengkap) turun bersama, reruntutan, mulai tersenyum, setelah agak jauh berjalan kami mandeg di cemoro sewu, istirahat ngocek pelem (ngupas mangga), 8 dari tim belum makan, sedangkan Dion dan Mb.Anik sudah sarapan mie goreng, pasti ke 8 orang yang belum makan ini lapar. Disinilah kami tertawa menertawai telenopela puncak Arjuno, mosok sing loro Ana sing semaput Anu, aduh rek sing mang nangis saiki wes iso ngguyu, yang jadi bahan gojlokan adalah Ana dan Anu.  

Baru iki aku dolen nangis, yo iki, beruntunglah kalian yang pernah tahu saya nangis, jarang sekali saya nangis, di depan banyak orang lagi. haissshhh

Si Max kebelet boker, si Anu juga kebelet ngengek, si Ana kebelet sipip, si Ani kebelet nangis dan kalian tahu rasanya turun gunung sambil ngempet kebelet itu rasanya anu sekali ya, wes bayangno dewe, untung si Max dan si Anu gak keceret di jalan. kalian pejuang yang hebat. prok prok prok

Yoga dan Max

Wajahnya Max sudah kelihatan gak ngenakno saking kebelete, kami jalan lagi, jalan turun penuh semangat membayangkan WC, kalau perlu berlari, tapi karena jalanan sangat licin jadi ketimbang mak bedunduk anu-nya di jalan ya mending kami jalan pelan-pelan saja (perasaan koyo judul lagu).

Akhirnya sampai juga di pos 4 (Nggombes) setelah melewati jalan yang penuh dengan rumput solonjono (kolonjono), juga setelah melewati alas Lali Jiwo yang wingit dan banyak pendaki hilang disana, kami beristirahat lama sembari menunggu mas-mas yang sedang packing, alih-alih kami nunggu padahal saking gak tahu jalan turun, tapi suwun lho mas sudah mau mbarengi kami jadi petunjuk jalan sampe pos 2 meskipun kami jauh ketinggalan di belakang tapi mas-masnya mau nungguin kami.
Pos 4 Nggombes

Sesampainya kami di Pos 2 kami berpisah dengan rombongan mas-mas pemberi petunjuk, mas-masnya turun duluan karena kami masih memasak mie, daaaa mas... sampai jumpa lagi... suwun ya sudah mau mbarengi sampe sini.

Setelah makan kami turun dibarengi mas tangguh penjaga pos, wuh jalannya cepet sekale, pake sendal jepit lagi, duh mas saya ngos-ngosan ngikuti njenengan, masnya jalan dengan gaya trampolin e, jadi kami ikut-ikutan gaya trampolin, lompat kanan, lompat kiri, lompat-lompat wes koyo terwelu lek jare Dion, kalo trampolin kan jatuhnya gak sakit, trampolin kali ini jangan sampai jatuh, soalnya kalau sampai jatuh mesti sak pipis-pipise katut, nanti jadi tambah lucu mending jangan sampai jatuh.

Jalan licin trampolin selesai, berganti jadi jalan bebatuan dengan hamparan teh, sak apik-apike pemandangan kebun teh kalo dinikmati sambil kebelet kok ya kurang pas jadinya, jadi kami tetap saja jalan buru-buru, kalo kebelet gini gak jatuh-jatuh cintaan wes, gak sempet.
Etciee yang udah senyum-senyum

Huaahhh akhirnya sampai juga di pemukiman warga, kami kembali ke peradapan dengan bantuan ojek menuju jalan raya Lawang-Malang, menunggu bus jurusan Surabaya untuk Mb.Anik, setelah mb.Anik pulang kami mencegat angkot, kami dapat angkot menuju Arjosari, dan kami saling bersalaman, senyum, salaman, senyum sampai selesai, pulang ke rumah masing-masing, ingat pulang ke rumah masing-masing bukan tetangga masing-masing.

Special thanks to:
Dion yang bawain bajuku
Biga yang bawain SB-ku dan senterku
Max yang bawain matrasku
Yoga yang bawain sandalku
Cak Eko yang bawain tasku
Juna yang ngringkesi barangku
Mb.Anik yang menemaniku sebelum pulih
Mas Deden dan Lek Gun yang ngasih nama Mulyadi

Transportasi
Malang-Landungsari Rp. 3000,-
Landungsari-Batu (TMP) Rp. 3000,-
TMP Batu-Beji (cangar) Rp. 10.000,-/orang (total 100,000,-)
Lawang-Arjosari Rp. 5000,-
Arjosari-Alun-alun Malang Rp. 3000,-
Senyumku gratisss

Rabu, 18 Desember 2013

Hari ke-3 di Arjuno

Di dalam tenda cewek sombong, tengah malam, ada 1 cewek yang  gak bisa tidur karena gak pakai kaos kaki, kakinya dingin, cewek itu adalah saya, sesekali hampir terpejam tiba-tiba cak Eko bilang 'wes gak usah turu, ngko muncak ambe Biga', begitu kata cak Eko terus-terusan muncul di mimpiku, sampai jam 3 pagipun masih belum bisa terpejam, saat mataku terpejam sebentar, di luar tenda sudah rame, 'Hei sudah hampir pecah warna langit 1 Desember 2013', lek Gun sedang ngomong sama Dion.

Lek Gun membangunkan kami para cewek, dengan segelas susu di tangannya, romantis sekali ya membangunkan lengkap dengan susu yang diberikan kepada kami, suwun lek Gun.

Langit masih gelap, ini jam 4:00 Wib, mari menuju 3339 Mdpl, dari tempat kami ngecamp kami masih butuh waktu sekitar setengah jam karena jalan masih gelap, kami membawa headlamp dan senter beberapa.

Sampailah kami di bendera yang ditancapkan di puncak G.Ajuno 3339 Mdpl, terukir senyum dari semua peserta pagi itu, kami saling mengucapkan selamat, kami sangat lega, sangat bahagia, terharu, inlah puncak Arjuno 3339 Mdpl teman-teman, dengan kilauan cahaya keemasan pagi wajah kami bersinar, kami menatap sang surya di ketinggian ini, kami menjemputnya, Suwun lagi Tuhan atas kesempatan ini.



Lautan awan menghampar luas, coba awan itu bisa kami titi, sudah pasti kami lompat-lompat disana, Diarah timur itu, terlihat Sang Mahameru masih gagah berdiri, dan masih berselimut awan, diarah utara kami melihat putri tidur yang anggun dan cantik itu sedang berselimut awan, wow bisa kalian bayangkan betapa sangat hmmm sekali ciptaan Tuhan.


Patilah kami sibuk dengan berfoto, senyum, ah dengan gaya masing-masih kami sibuk dengan berfoto-berfoto,berfoto, ada yang gaya lompat, ada yang gaya bersalaman, ada yang gaya menulis nama di tangan, ada yang hormat bendera, wes pokoke lengkap.


Rasanya belum lengkap kalau belum berfoto duduk di batu tepian turang, waktu itu Biga duluan, setelah Biga Juna, dan giliran saya akan menapaki batu tepian itu, ada yang tau apa yang selanjutnya terjadi? di suhu yang dingin biasanya yang punya linu-linu kumat, seperti sakit gigi, engkel, bekas cidera, dan bekas cidera saya kumat, heuheuheu

Bebatuan ini sangat indah meskipun minus watu ogal-agilnya Arjuno, menjadi saksi bisu saat saya duduk kesakitan menyandar pada Juna, dan pada saat itu memang hanya ada Juna dan cak Eko, peserta yang lain berfoto jauh dari kami, sedangkan Biga sudah melipir setelah berfoto disini, cak Eko sudah siap menjepret saya dari bawah, tapi karena cak Eko gak ngerti ada apa dengan saya, cak Eko masih di angle-nya menunggu saya berdiri.


Juna: Dee, kenapa Dee?
Saya: Tolong pengangin tanganku Jun
Juna: kenapa tanganmu? (nada panik at the disco)

Setelah itu saya sudah gak bisa berkata-kata lagi, tapi sedikit meraung seperti kidang yang gak bisa meraung seperti srigala, saya menyandar pada Juna, menikamti linu yang luar biasa, sulit bernafas, lalu diam. cak Eko yang menungguku berpose akhirnya bertanya 'kenopo? kenopo?', saya dan Juna sama-sama diam, cak Eko menghampiri kami, saya minta tolong cak Eko memegangi tangan saya sekuat-kuatnya, lalu Mb.Anik datang 'kenopo Mol?'

Juna: Mbak tolong ambilkan air mbak, aku mual, awakku adem panas

Setelah Mb.Anik sudah mengambil air, saya masih menyandar pada Juna, eh Juna pingsan, yoopo iki? sing loro sopo sing pingsan sopo, lalu cak Eko yang memegangi tanganku malah ketambahan tugas memegangi Juna, kasihan cak Eko, kami berempat diam saja, tanpa ngapa-ngapain, saya masih kesakitan, Juna masih pingsan, tapi saya bilang ke cak Eko 'wes cak tanganku wes waras, sampean sadarno Juna sik ae'.

Ditengah-tengah moment terdiam itu, Biga datang 'opoo se?', tapi kami semua diam, tak satupun ada yang menjawab pertnyaan Biga, cak Eko bingung, saya gak bisa ngomong, Juna pingsan, dan Mb.Anik ikut diam, lalu Biga pergi lagi, Biga merasa kami gak kenapa-napa yowis Biga foto-foto lagi sama yang lain.

Batu dimana saya dan Juna duduk adalah 2 batu yang mempunyai sela-sela lubang, waktu cak Eko mau memindahkan Juna ketempat yang lebih aman, eh kaki Juna nyangkut di sela-sela lubang di batu itu, py to ki? aduuhh saya gak bisa ngapa-ngapain lagi. akhirnya Juna bisa dipindahkan ketempat yang lebih luas, dan saya masih diatas batu dengan acting sudah sembuh, tapi tetep aja gak bisa turun.

Biga datang lagi dan tahu Juna pingsan, Biga memangku Juna, selama kurang lebih 10 menitan, saya melihat Juna pucat, mb. Anik mengoleskan minyak kayu putih, gak tahu dimananya, Biga menyuruhnya bangun, cak Eko juga, saya nyuruh mb.Anik menekan tangan juna, disela-sela antara jempol dan jari telunjuk tapi mb.Anik hanya memeganginya bukan menekannya.

Aku gak srantan suwe-suwe, dengan sedikit berusaha sendiri, saya menuruni batu itu, Juna tak tampar, bentak 'Jun tangi Jun', saya tekan tangannya, sebayak 3 kali sebelum akhirnya Juna bangun. Suwun Tuhan

Sekarang ganti saya yang jadi pusat perhatian, baru kali ini jadi pusat perhatian kaya begini ni, saya tertunduk, pada tepatnya menunduk, ketika dipijat Dion, sakitnya sungguh asyik, tiba-tiba di mata ini keluar air, yek aku nagis own, ngguilani, umbelen pisan aduuuhh Dee Dee, gak mbois blas

Lumayan lama sih meraung, menangis, nunduk terus, sampai mas-mas rombongan dari Malang memberi saya balsem, setelah diolesi balsem sama Mb.Anik agak mendingan sakitnya, ketika teman-teman tahu saya agak mendingan, Juna, cak Eko, Biga, lek Gun, mas Deden, Max dan Yoga kembali ke tenda dan mereka bersiap-siap packing. sedangkan saya gak ikut turun karena kondisi lengan belum memungkinkan, masih semplah, ogal-agil tangan ini, belum bisa berdiri tegak, belum sanggup berjalan gagah, saya ditemani mb.Anik dan Dion.

Juna jadi kerepotan ngringkesi barangku sama barang mb.Anik sendirian, maap Jun kali ini bintang filmnya saya, jadi terimakasih sudah berbaik hari ngringkasi barang bawaanku sekaligus barang bawaan mb. Anik.

Saya leyeh-leyeh saja diatas batu waktu itu, batunya dingin, linunya jadi semakin anu, matahari semakin tinggi, semakin panas, tapi saya pernah dengar hangatnya matahari itu bisa buat sembuh linu-linu, saja jemur saja pundak ini, sambil duduk, agak lama saya bangun, tak terasa ternyata rasa linunya sudah hilang, teori matahari itu tepat sekali, akhirnya saya bisa senyum lagi padahal saya sudah takut gak bisa turun dengan kondisi seperti itu.

Hari ke-2 Di Arjuno

5:22 Wib

Selamat pagi kekasih, embun ini begitu tebal, begitu berkabut, aku merindukanmu.


Pagi-pagi begini biasanya urusan cewek masak memasak, dan saya terjebak dengan tempe di tangan saya, jadi saya yang menggoreng tempe di sarapan pagi ini, 'lek masak iku sing feminim ta' celetuk cak Eko, 'memasak itu gak harus feminim, yang penting jatuh cinta, kalau kamu jatuh cinta masakanmu pasti enak', saya puas dengan menjawab begitu. wenaaaakkk

Si Juna masak kangkung, di team ini ada yang alergi bawang, yaitu lek Gun dan Mas Deden, kok bisa ya alergi bawang, lha terus maeme mie tok ngunu? ya sudahlah, makan apapun yang penting kuat naik gunung, Lek Gun dan Mas Deden makannya mie dan nasi.


09:06 Wib
Sehabis sarapan, kami packing, kami akaun beranjak menuju Arjuno, harapan saya, nanti sore saya dapat bertemu senja sejingga kemarin, senja yang sangat indah itu, hampir berwarna ungu bahkan mungkin sudah berwarna ungu

Sejauh ini berjalan saya mulai melupakan kertas dan bolpointku, melewati tanjakan, melewati sumber uap air, melewati pohon-pohon oren, melewati sabana, melewati jurang, melewati pinus, melewati langit biru, melewati pepohonan cantigi, dan Saya, Mb.Anik, Juna, Lek Gun dan Mas Deden adalah peserta paling narsis dan jauh tertinggal di belakang.

Sumber Uap Air (Belerang)

Pohon Oren

Sabana

 Pinus

Langit Biru

Cantigi

Akhirnya sampai juga di Lembah Kidang, lembahnya para kidang-kidang, memulai jalan berbatu, jalan menanjak tiada henti, saya, Juna , Mb.Anik, Max, Yoga, Biga, dan cak Eko berjalan berurutan, mengarungi tanjakan-tanjakan cantik ciamik maknyus, cak Eko memberitahu kamu tebing rahasia, tebing yang katanya namanya Watu Gede, sambil merangkak kami menaikinya, sangat ekstrim untuk menaikinya demi berpose disana, dan inilah hasil jepretan cak Eko.

Lembah Kidang (Rusa) 
Pas malam natal Kidang-kidang disini semuanya keluar sama sinterklaas, para Kidang-kidang ini mengantarkan Raden Arjuno turun gunung, ngasih hadiah ke istri-istri Raden Arjuno. (Imanajinasi saya).

Watu Gede

Dion, Mas Deden dan Lek Gun, belum juga menyusul kami, mereka tidur katanya di tengah-tengah perjalanan, ternyata mereke bikin video goyang oplosan, hahaha jadi kami berjalan duluan.

Sore ini, kami beristirahat di puncak bayangan, Juna, Mb.Anik dan Cak Eko menunaikan ibadah sholat ashar, Mb.Anik duluan, sehabis itu Juna, setelah sholat Juna masih berdo'a dan lama sekali, usut punya usut Juna bingung mau berdoa apa di puncak bayangan itu, do'a yang dipanjatkan Juna adalah 'Beri hamba uang', pliss deh Jun, itu lirik lagunya bang Iwan Fals kaleeeee.... heuheuheu.

Istirahat selesai, kami melanjutkan pendakian dan mencari tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda di dekat pucak G.Arjuno 3339 Mdpl (angka yang ganteng), kami menyusuri tempat-tempat di dekat puncak dan kami tiba di tempat in memoriam para pendaki, kami menyempatkan mengirim doa untuk mereka, doa dipimpim oleh Biga.


Setelah berdoa selesai kami melanjutkan mencari tempat untuk mendirikan tenda sembari menunggu Dion, Lek Gun dan Mas Deden, setelah mereka datang kami memutuskan mendirikan tenda di tempat sebelum in memoriam, lokasinya tidak jauh dari situ, 3 tenda selesai didirikan, dan kami menunggu senja, tapi kabut berdatangan hilir mudik tak henti-hentinya, sangat tebal dan sampai magrib tiba tidak ada kilauan emas yang kami lihat di langit Tuhan, ketika langit tak kunjung senja saya sedih.

Mb.Anik sholat magrib duluan, setelah itu disusul oleh Juna, seusai Juna sholat, saya menyusul sholat, seusai sholat saya berdoa memejamkan mata, setelah saya membuka mata, saya melihat langit yang begitu jungga, dan itu mengharukan, Suwun Tuhan atas keindahan yang Engkau tunjukkan kepada kami, kami langsung mengambil kamera masing-masing, berlarian karena tak ingin ketinggalan moment, jepret-jepret-jepret, kami sangat bahagia sekali, sekali lagi Suwun Tuhan.






Setelah menikmati senja yang amat sangat indah, kami memasak, berapi unggun, meminum kopi, bernyanyi, bercanda, dan masih mengingat senja yang sudah terukir di otak kami masing-masing, malam ini sungguh indah, cahaya jingga itu sudah berubah menjadi bulan sabit dan bintang yang sangat terang, yen dieling-eling, yen dieling-eling manise ora iso ilang begitulah lagu yang terdengar dari mp3 palyernya cak Eko.


Rasanya tak ingin masuk tenda, pengennya di luar saja, menikmati sejuknya Arjuno ini, rasanya ingin menambah kopi ke-3, sambil terus menerus mengucap Suwun Tuhan, tapi lelah ini menggiring kami mengakhiri kopi Arjuno ke-2, ini masih jam 22:00 Wib, satu persatu peserta berguguran masuk ke dalam SB masing-masing, saya dan cak Eko adalah peserta terakhir yang masuk tenda, baiklah saatnya mengucap selamat tidur teman-teman.

Kamis, 12 Desember 2013

Gunung Arjuno 3339 Mdpl 29 November-1 Desember 2013

Kalian pernah ndak mendaki gunung dan kalian ndak sedang jatuh cinta? baru jalan 10 menit saja melewati tanjakan sudah ngaso (istirahat), tapi nanti di tengah jalan kalian pasti jatuh cinta, di tengah jalan kalian pasti merasakan betapa indahnya tanjakan, betapa indahnya bebatuan, betapa indahnya jatuh cinta dengan perjalanan kalian. Itulah yang saya rasakan ketika mendaki Gunung Arjuno.

Pendakian kami mulai via Batu, meeting point (ketemuan) di TMP Batu, saya dan Juna adalah bintang film di awal keberangkatan ini, kami muncul terakhir waktu itu, haha. Para pengembara sunyi yang lain sudah berkumpul di TMP, siap berangkat menuju Arjuno, Angkot yang disewa cak Eko sudah siap mengantarkan kami ke Desa Beji kaki Gunung Welirang (jalan menuju Cangar).

Kenalan dulu, saya kan belum kenal sama 6 peserta yang lain, saya kan baru ceritanya :)

Cak Eko, Lek Gun, Yoga, Juna, Mas Deden, Mb.Anik, Cak Moel, Dion, Boga, Max

Foto ini diambil setibanya kami di Desa terkahir, disinilah kami menumpang pipis di kamar mandi warga, kami juga sarapan dulu, dan kami juga mengerjai salah satu orang tersombong tapi nangisan  di team ini, Juna (lagi-lagi Juna), Juna adalah peserta terakhir yang ke kamar mandi, kami bersembunyi sewaktu dia di kamar mandi, kami membawa carrier kami bersembunyi, dan hasilnya ada yang clingak-clinguk koyo wong ilang wkwkwkwk. Ide ini dicetuskan oleh Noe Ide alias Dion, kami ketawa cekikikan sambil mengintip Juna yang clingak-clinguk koyo wong ilang dari balik mobil warga yang diparkir disamping rumahnya. ini dia ekspresi clingak-clinguk Juna persis wong ilang.

Foto 2

Setelah bergurau selesai, kami berdo'a dan jam 10:00 WIB kami berangkat, sepertinya peserta yang di depan saya ini sangat bersemangan sekali, jam 11:13 WIB Mas Deden/Deni memimpin di depan dengan sangat cepat berjalan belok kiri, lalu para petani mengingatkan kami 'ke gunung a mas? jalan yang itu mas' sambil nunjuk jalan yang satunya (persis seperti waktu saya ke Ranu Kumbolo) hahaha, sepertinya memang Hoby nyasar. Balik kanan grak, kembali ke jalan yang benar.

Kami masih di area perkebunan warga, banyak petani yang bekerja, memanen kentang, wortel, kubis, dll, kami diingatkan oleh pak tani 'Jangan sambat lapar, dingin, dan jangan ganjil, kalau terasa dingin cepat-cepatlah turun' itu pesan pak tani kentang kepada kami.

Para Petani Kentang

Pemandangan yang amat sangat indah ini membuatku tertinggal di belakang 9 pendaki yang lain, tanjakan kembali melanda, ayo singsingkan lengan jaketmu, tarik tali carriermu, dan mulailah jatuh cinta.Tanjakan ini seperti saat aku menanggung rindu terhadapmu kekasih, kuat tidak kuat harus ku alami. ihir (11:27 WIB)
Apa mereka semua ini sedang jatuh cinta ya? kok dari tadi jalan terus?

Dion, sepanjang perjalanan memutar lagu dan saya mendengar lagu yang judulnya Gie

Akan aku telusuri jalan yang setapak ini
Semoga ku temukan jawaban, jawaban owww


Lagu ini pas sekali dengan track gorong-gorong air perkebunan yang sangat sempit dan licin, pemandangan tanah yang menguap, di tengah teriknya matahari, pepohonan yang berlumut, kentang yang sewarna emas, dan wortel sejingga senja. hmmm

Track perkebunan sudah habis, jam 12:10 kami istirahat sampai jam 12:20.


Ke-Ayu-an saya sedang saya tinggalkan di kamar, sekarang saya sedang menikmati pohon-pohon berlumut, puji-pujian burung, pepohonan berakar seperti di film Tarzan dari Negeri Holliwood, ini Indonesia bung, lihatlah betapa kayanya Negeriku.


Hutan Berlumut lengkap dengan Tarzan-nya

12:50 sampai 13:34 WIB kami beristirahat untuk Sholat Dzuhur dan makan siang, lalu melanjutkan pendakian lagi, kami mulai bertemu anggrek dan buah roseberry, sangat menggoda untuk dicicipi.


14:39 Wib beristirahat lagi diantara pohon-pohon cemara, dengan view gunung kembar, waktu kami mau melanjutkan mendaki hujan mulai turun rintik-rintik hingga lebat, kami tidak jadi berangkat tapi malah mengeluarkan trangia, ngopi dibawah flysheet. Hujan ini membawa berkah, kami bisa mengisi ulang air. Suwun Tuhan


16:30 hujan reda dan kami melanjutkan mendaki, jam 17:30 sampai di persimpangan antara G.Arjuno dan G.Welirang, di persimpangan ini kami menikmati senja yang sangat jingga dan kami bermalam disini. Senja ini tidak kami lewatkan dengan tidak memotret senja, saking semangatnya mengabadikan moment ini Juna njungkel dari atas kayu yang licin, Juna lagi-Juna lagi.


Ekspresi orang sombong sehabis jungkel waktu nangis karena diketawain team, hahaha

Nggak selesai dengan itu, masih Juna lagi Juna lagi, tidurpun dia nangis, meringik sesak napas karena dia mimpi buruk, dan mukanya di dalam SB, jadi ya gak iso napas wong idungnya ditutup SB, saya dan mbak Anik membangunkannya, ngoprak-ngoprak Juna, apalagi Mb.Anik yang ngoprak-ngoprak sangat kenceng, tapi Juna gak bangun juga, pas saya nyalakan senter, barulah dia bangun. ealah nggletek Jun bilang aja kamu parno. Malam masih berakhir dengan sejuta cerita Juna.

Jumat, 06 Desember 2013

Gunung Lawu 2-3 November 2013 (Tiktok)

Malam-malam saya dapat sms dari cewek sombong ini, begini:

Oh ya sabtu minggu tolong dikosongkan jadual kentcan, konsultasi, ndalang, njancukz, dan lain sebagainya,
Akomodasi + tiket jalan udah siap, jam 3 naek buz, cukup siapkan keperluan pribadi baju ganti dan jimat duank

Oke sabtu tanggal 2 nov pukul 15:00 tak tunggu di terminal landungsaari
Terimakasih


Hari itu, 2 November 2013 seharian saya chatting sama Juna, tanya-tanya tentang apa saja yang perlu dibawa, perijinan, mau kemanakah kita dan bagaimana selanjutnya.
Rencana yang sangat dadakan ini, membuat saya agak marah sama Juna karena Juna kurang memberi saya arahan-arahan, maap Jun saya memang gak suka apa-apa yang kurang jelas.

Nah, tiba sudah tanggal 2 November ini tapi kami bertiga; saya, Juna, Mbak Anik belum tahu rute pendakian Gunung Lawu, Gunung yang disucikan sebagian masyarakat Jawa Timur ini
Juna dan Mb. Anik mencari Guide untuk mengantar kami ke G.Lawu, e ladalah mereka kok dapatnya Guide dari surga, Guide itu minta bayaran Rp. 500.000,- (yo pilih sombong ae, ra sah Guide-Guide dari surga).

Tapi tenang, Juna punya sejuta teman yang tahu rute pendakian G.Lawu, salah satunya adalah Biga (Subiga/Big Cola/Binggo), Juna meminta tolong Biga untuk mengantar kami mendaki G. Lawu dan saya setuju setelah tukaran dulu tapi akhirnya deal, berangkatlah kita.

Saya, Juna dan Biga berangkat dari Malang jam 6 sore, naik bus menuju Kediri (Kotanya Mb.Anik), di Kediri kami sudah ditunggu Mb.Anik, Mb.Wulan dan keluarga, perjalanan dari Malang ke Kediri naik bus kami tempuh selama 3 jam, suwene sampe turu-turu.

Jam 9 malam kami sampai di Kediri, dari Kediri kami menuju Magetan naik mobil masnya Mb.Wulan (Backpacker kok naik mobil), sampai di Magetan jam 1:30 pagi, kami para pendaki (Dee, Juna, Mb. Anik dan Biga) siap-siap untuk mendaki, pakai jaket, sarung tangan, sepatu gunung, slayer, penutup kepala dll sedangkan Mb.Wulan dan keluarga tidak ikut mendaki tapi paginya mereka ke Grojokan Sewu (Cemoro Sewu) - Kalo gak salah. hehe

Biga mengurus perijinan di pos perijinan, kami menunggu jam 2 pagi baru kami berangkat, Bismillahirrohmanirrohim, perijinan sudah, persiapan sudah, headlamp dan senter sudah, kami berangkat.

Berjalan selama 1 jam, Juna ngantuk, saya juga, Mb.Anik juga dan kami baru sampai di pos 1, kami tidur dulu di pos 1 sampai Biga membangunkan kami 'Hei, bangun-bangun ayo berangkat, sudah jam 4', wah padahal masih ngantuk sekali, tapi kalau kami gak berangkat ya pasti kami ketinggalan sunrise.

Jam 4:30 pagi, berhenti untuk Sholat Subuh dulu, inilah fajar jam 5 pagi



Kami melanjutkan pendakian tapi Mb.Anik sedang cidera dengkul (efek Pulau Sempu), jalan kami agak santai, maklum kami harus menapaki tangga satu persatu, dan itu rasanya hmmm apalagi buat Mb.Anik.

Tangga cocok buat terapi dengkul

Track Gunung Lawu berbatu, rapih, tangga, tanjakan melulu, no bonus, track gunung Lawu via cemoro Sewu (yang kami lewati) bisa dipake buat (aduh jam goblok 1:00 pagi, saya lupa istilahnya), terapi dengkul, jadi track ini cocok buat Mb.Anik.

Disepanjang jalan banyak buah Roseberry, kami sebentar-sebentar berhenti makan buah itu, kami tidak membawa makanan, dan mulai lapar, sepanjang jalan yang kami bicarakan adalah Mbok Yem, lalu Mbok Yem, dan Mbok Yem. Mbok Yem adalah penjual nasi pecel dan soto di puncak Hargo Dalem, jadi kami tidak membawa bekal.

Buah Roseberry


Di Pos 5 juga ada warung, penjual makanan, seperti gorengan yang dinginnya seperti ditaruh di kulkas, snack, air dll, selama perjalanan kami bertemu ibu-ibu yang menggendong barang dagangan mereka, sak krenjang, seperti apa beratnya beban di pundak ibu-ibu itu, mereka wanita hebat, menggendong barang dagangan sak krenjang menuju pos 5 dan itu heuheuheu.



Eh, ada bapak-bapak penjual tahu, kami makan tahu dulu, lumayan biar tenaga biar semangat, biar gak mbanyangno Mbok Yem terus ae...

Mb.Anik milih tahu

Pemandangan di G.Lawu, ini ada foto-foto pemandangan di sana



Akhirnya nyampe juga di pos 4, sebelum nyampe di pos 4 saya ketemu rombongan dari Jogja, mahasiswa dari Slamet Ryadi, mereka mengaku purpala yang gak suka sama fil 5 cm (saya juga), pas saya tanya apa tuh mas Purpala? salah satu sari mereka menjawab 'Pura-Pura Pecinta Alam', wah saya ketemu sama teman sehoby, yang clometan, yang asik kaya saya. hahaha

Mbok Jun An Pey (nama korea) lagi pose di depan tenda orang


Maaf, saya gak catat waktu, saya gak bawa kertas dan gak bawa alat tulis waktu itu, jadi yang saya ingat tentang waktu sedikit sekali, apalagi saya ngeblognya di jam-jam goblok begini.

Pos 5 di depan mata, ada warung, kami mampir makan pisang goreng dulu, sebelum melanjutkan ke puncak G. Lawu Hago Dumilah 3265 Mdpl

Pemandangan setelah pos 5 sangat beatifull sekali dengan centiginya, dengan edelweisnya, kami mengarungi jalan (lagi goblok ki), jalan opo yo? jalan yang dipenuhi rerumputan yang tingginya se tinggi saya. Jam 11:00 kami baru menggapai puncak Gunung Lawu

Puncak Hargo Dumilah

Wes mari puncake, saiki kari Mbok Yem-e, Mbok Yem celuk-celuk ae, saatnya ke puncak Hargo Dalem, sekali jalan 2-3 puncak terlampaui, memang backpampers ini nganu og.

Wuh aku mangan 4 piring dewe
 
Terapi dimulai, menuruni tangga, dengan segala gaya, gaya mundur, gaya mewek (Mb.Anik), hujan, deres, lagi-lagi hujan mengingatkanmu pada kekasihmu, orang yang kamu cintai, Mb.Anik gak jadi nangis, Mb.Anik saya suruh jatuh cinta, koyo opo linune dengkul iku mbak? ah aku yakin sampean iso mbak tanpa menangis, Mb.Anik pancen joss.

Jam 5 sore baru nyampe di bawah. Alhamdulillah :)

Malang-Kediri Rp. 21.000,-
Kediri-Magetan gratiss (suwun Mb.wulan & Mb. Anik & family)
Perijinan Rp. 7.500,-/orang
Rumah Mb.Anik-Terminal Kediri Rp. 2000,-
Kediri-Malang Rp. 21.000,-

Suwun Jun traktirane, sak kabehane wes
Biga suwun pisan untuk urusan perijinannya.

Sampai ketemu lagi