Kamis, 27 Desember 2012

Telaga Sarangan

Telaga Sarangan yang juga dikenal sebagai telaga pasir ini adalah sebuah telaga alami yang terletak di kaki Gunung Lawu, di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Berjarak sekitar 16 kilometer arah barat kota Magetan. Telaga ini luasnya sekitar 30 hektar dan berkedalaman 28 meter. Dengan suhu udara antara 18 hingga 25 derajat Celsius, Telaga Sarangan mampu menarik ratusan ribu pengunjung setiap tahunnya.
Telaga Sarangan merupakan obyek wisata andalan Magetan. Di sekeliling telaga terdapat dua hotel berbintang, 43 hotel kelas melati, dan 18 pondok wisata.Di samping puluhan kios cendera mata, pengunjung dapat pula menikmati indahnya Sarangan dengan berkuda mengitari telaga, atau mengendarai kapal cepat.Fasilitas obyek wisata lainnya pun tersedia, misalnya rumah makan, tempat bermain, pasar wisata, tempat parkir, sarana telepon umum, tempat ibadah, dan taman.
Keberadaan 19 rumah makan di sekitar telaga menjadikan para pengunjung memiliki banyak alternatif pilihan menu. Demikian pula keberadaan pedagang kaki lima yang menawarkan berbagai suvenir telah memberikan kemudahan kepada pengunjung untuk membeli oleh-oleh. Hidangan khas yang dijajakan di sekitar telaga adalah sate kelinci.
Magetan juga tertolong dengan adanya potensi industri kecil setempat yang mampu memproduksi kerajinan untuk suvenir, misalnya anyaman bambu, kerajinan kulit, kerajinan sepatu, dan produk makanan khas seperti emping melinjo dan lempeng (kerupuk puli, yaitu kerupuk dari nasi).
Telaga Sarangan juga memiliki layanan jasa sewa perahu dan becak air. Ada 51 perahu motor dan 13 becak air yang dapat digunakan untuk menjelajahi telaga.
Telaga Sarangan memiliki beberapa kalender event penting tahunan, yaitu labuh sesaji pada Jumat Pon bulan Ruwah, liburan sekolah di pertengahan tahun, Ledug Sura 1 Muharram, dan pesta kembang api di malam pergantian tahun.
Pemkab setempat tengah membuat proyek jalan tembus yang menghubungkan Telaga Sarangan dengan obyek wisata Tawangmangu di Kabupaten Karanganyar. Proyek pelebaran dan pelandaian jalan curam yang menghubungkan dua daerah tersebut diharapkan selesai tahun 2007.
Obyek wisata ini dapat ditempuh dari Kota Magetan; dan lokasinya tak jauh dengan Air Terjun Grojogan Sewu, Tawangmangu (Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah).
Pemkab Magetan juga ingin mengembangkan Waduk Poncol (sekitar 10 kilometer arah selatan Telaga Sarangan) sebagai obyek wisata alternatif.
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Telaga_Sarangan





Sedikit cerita tentang perjalanan menuju Magetan- Telaga sarangan
dari Malang (kos) saya bawa motor menuju terminal Arjosari jam 05.15 sore, dari Arjosari saya naik bus tujuan Surabaya (turun Japanan) tiba jam 07.40 malam dengan biaya Rp.7000,-, dari Japanan harusnya saya naik bus warna kuning tujuan Mojokerto tapi karena sudah malam bus kuning tidak ada, alternatif lain saya naik angkot warna merah tujuan Mojosari tiba jam 08.30 malam dengan biaya Rp. 4000,-. seharusnya saya naik angkot lagi warna putih untuk sampai di Mojokerto tapi angkot warna putih sudah tidak ada jadi pak supir angkot yang baik hati mengantar saya ke Mojokerto dengan tambahan biaya Rp. 3000,-.
Sampailah saya di Mojokerto yang panas jam 09.00 malam.
Dari Mojokerto saya dijemput mobil kakak teman saya, lalu kami berrangkat dari Mojokerto menuju Magetan jam 09.30 malam, jam 11.30 dini hari kami sampai di Madiun, tuku pecel madiun sik rek...
Setelah makan kami melanjutkan perjalanan menuju Telaga Sarangan, melewati jalan yang menanjak dan berliku di tengah kegelapan (hahaha... lebay)
Akhirnya jam 02.00 dini hari kami sampai di pintu masuk Telaga Sarangan, si bapak penjaga bilang 'Sudah tutup mas',  'kami mencari penginapan pak, ada?'
kami langsung diantar menuju penginapan. ini dia penginapannya


Rp. 150.000/ malam s.d jam 12 siang

Paginya kami keliling Telaga Sarangan, karena kami masuk tengah malam jadi saya gak tahu harga masuk ke Telaga Sarangan berapa.






yang mau naik kuda Rp.80.000,-


Speed Boat Rp. 40.000 keliling Telaga Sarangan








Mari munyer-munyer luwe, mangan sik

Sate ayam: Rp. 8000,-


Minggu, 11 November 2012

Danau Ranu Grati

Danau Ranu Grati merupakan salah satu obyek wisata alam kabupaten pasuruan. Dengan luas 198 hektar ini,Danau Ranu Grati ini terletak diantara 3 desa di kecamatan Grati, yaitu Desa Sumberdawesari, Desa Ranuklindungan, dan Desa Gratitunon. Jumlah penduduk yang bermukim di sekitar Ranu Grati sekitar 18.564 jiwa. Lokasi danau Ranu Gratiberada di sebelah selatan tidak jauh dari jalan pantai utara diantara ruas Pasuruan- Probolinggo. Di Danau Ranu Grati ini mulai dulu sampai sekarang banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mencari penghasilan mencari ikan, dikawasan Danau Ranu Grati (biasanya disebelah barat) banyak berdiri keramba untuk menangkap ikan.
Ada hal cerita menarik yang ada di Danau Ranu Grati ini, saya sendiri belum tahu ini benar atau tidak, tapi cerita ini mulai ada dari nenek saya dulu, dan penduduk sekitar juga membenarkan cerita ini. Menurut cerita yang ada bahwa di danau Ranu Grati ini dulunya ada tentara Belanda yang membawa Pasukannya (memakai peralatan Tank Amphibi) untuk melewati Danau ini, sebelum mereka melewati Danau ini mereka sudah diperingatkan oleh penunggu Danau untuk tidak melewatinya, karena bagi siapa saja yang mencoba melewati danau itu tidak akan bisa kembali,dikarenakan di danau itu ada sebuah lobang besar yang berbentuk kerucut terbalik (kalau dibayangkan keadaan danau seperti jam pasir), tetapi tentara belanda tersebut tidak menghiraukan peringatan dari Sang Penunggu Danau, mereka melewati danau tersebut dan sampai saat ini tidak pernah ada yang menemukan tentara tersebut.


Sekitar tahun 2000 an, pemerintah kabupatenPasuruan mulai memperkenalkan wisata Danu Ranu ini, yaitu dengan diselenggarakannya berbagai kegiatan dan event tingkat Nasional, seperti event yang pernah saya hadiri dulu yaitu Lomba Olah Raga Air tingkat Jawa-Bali. Mungkin dengan adanya kegiatan ini pemerintah Kabupaten Pasuruan berharap dapat memperkenalkan Wisata Danau Ranu ini ke masyarakat Indonesia.



Untuk menuju ke Wisata Danau Ranu ini dapat ditempuh sekitar 30 menit dari kota Pasuruandan Probolinggo dan 90 menit dari kawasan wisata Gunung Bromo

Banyu Biru

Diceritakan bahwa ada tujuh bidadari yang turun dari kahyangan dan mandi di sebuah telaga. Para bidadari senang mandi dan bersenda gurau di telaga ini  karena airnya sangat jernih, di dalamnya terdapat sumber mata air dan dasar telaga ini membiaskan warna biru yang indah. Namun, keceriaan para bidadadri ini sempat terusik gara-gara ulah Joko Tarub yang suka mengintip dan membawa kabur pakaian salah satu bidadari itu.
Cerita ini mengalir dan menjadi legenda rakyat. Tapi siapa sangka, pemandian bidadari itu adalah Banyu Biru yang terletak di Sumberejo, Kecamatan Winongan, sekitar 20 km dari kota Pasuruan, Jawa Timur. Menurut legenda versi ini, konon, mengisahkan Joko Tarub yang suka mengintip akhirnya dikutuk dewa menjadi ikan wader yang harus menunggui sumber air Banyu Biru ini.
Legenda ini lambat laun menjadi mitos yang terus dipercaya hingga kini. Tak perduli legenda itu benar atau tidak, pemandian alam Banyu Biru tetap menarik untuk dikunjungi. Wisatawan dari berbagai penjuru daerah selali datang untuk mengunjungi obyek wisata andalan Kabupaten Pasuruan ini. Pemandian alam ini dulu dikenal dengan sebutan Telaga Wilis. Konon, ketika Belanda datang ke negeri iini (1887), terkesima melihat keindahan telaga yang memancarkan warna kebiruan dari dasar kolamnya, kemudian mereka menyebutkan dengan Banyu Biru, dan nama itu kian populer seiring dengan legenda dan mitos yang menyertainya.
Pada setiap Jumat legi, banyak orang yang mandi dan berendam di telaga ini. Dengan melakukan mandi dan berendam di telaga, dipercaya dapat membuat orang menjadi awet muda. Sumber air di telaga ini dipercaya dapat membuat orang menjadi awet muda. Sumber air di telaga ini dipercaya pula dapat menghilangkan berbagai macam penyakit, terutama pegal-pegal dan linu-linu.
Bila Idul Fitri tiba, digelar pesta lebaran selama tujuh hari berturut-turut. Puncaknya pada hari ke tujuh atau pada hari raya ketupat, masyarakat sekitar Banyu Biru dan warga sekitar Pasuruan berduyun-duyun memadati telaga ini dan menaburkan uang logam ke teleng. Teleng adalah bagian terdalam dari sumber air. Mereka juga meletakkan serangkaian ketupat dan mengadakan selamatan (nyandran) di makam Raja Kera. Prosesi upacara ini dilakukan bertujuan untuk membuang sial atau sangkal.
Versi lain menyebutkan bahwa Banyu Biru merupakan tempat ditemukannya kerbau yang dikeramatkan oleh penduduk. Sumber air ini lambat laun berubah menjadi telaga yang dipercaya menyimpan kekuatan gaib. Tak heran bila diantara para pengunjung ada yang datang secara khusus untuk minta berkah, baik untuk kesuksesan hidup atau demi melancarkan rezeki.
Yang unik, di telaga ini hidup Ikan Wader  yang besarnya 115 cm dengan diameter 30 cm. Warga sekita menyebutnya Ikan Sengkaring. Ikan Wader ini dipercaya hanya hidup di pemandian alam Banyu Biru. Jumlahnya tetap dari tahun ke tahun, tidak berkurang atau bertambah. Masyarakat sekitar atau pengunjung tidak ada yang berani untuk mengambil atau bahkan memakan ikan wader tersebut. 

Sumber atau mata air pemandian alam ini membiaskan warna kebiruan. Konon, karena di dasarnya terdapat serpihan-serpihan fosfor berwarna biru, yang dipercaya merupakan pecahan dari bongkahan fosfor yang sangat besar. Serpihan fosfor inilah yang kemudian menjadikan air kolam itu terlihat seolah-olah berwarna biru. Bila tertimpa sinar matahari warna biru berkulauan memancar dari dasar kolam.
Bagian inilah yang menjadi daya tarik utama sehingga bentuk pemandian ini tetap dipertahankan keasliannya. Kebiruan kolam hanya bisa disaksikan ketika kolam dalam keadaan tenang. Saat kolam ramai oleh pengunjung yang mandi atau berenang, maka warna kebiruan hanya terlihat sebatas fatamorgana. 
Disekitar Banyu biru juga masih dirawat arca bersejarah diantaranya archa 2 Naga yang membelitkan badannya dan kepalanya di posisi yg berlawanan, dan lain-lain (lupa namanya) hehe..



 Letak Geografis : Jarak dari kota kurang lebih 20 Km
Luas wilayah Banyu Biru kurang lebih 4 hektarWilayah desa Sumber RejoKecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan. Kera – kera yang di pelihara oleh penemu Banyu Biru ( P. tombro ) berkembang biak hingga beratus – ratus ekor. Pada waktu pendudukan Jepang kera-kera itu habis ditembaki dan sisanya menyingkir kehutan di dekat desa Umbulan yang terkenal dengan sumber air minumnya.
Tiket masuk Rp.5000/orang (anak kecil tidak dihitung). Parkir motor Rp2.000, Toilet Rp.1000/masuk, Popomie Rp.7500 (Kalo laper). Tertanggal 7/11/2012.

Sabtu, 28 Juli 2012

Hutan Mangrove - Ujung Kali Porong

Sabtu 28/07/2012

Peta penelitian, ada 10 titik penelitian yang akan kami kunjungi seharian ini


Saya berkeliling di Ujung kali porong - Surabaya, tujuannya adalah penelitian hutan mangrove, kelebatan mangrove-nya per meter persegi juga mengukur kadar Ph air disana, suhu air, dan kecerahan air, dll.
Ayo kita mulai petualangan hari ini


Lia, Fakultas Kelautan, Jurusan Perikanan dengan judul skripsi Luas dan Kerapatan Mangrove Menggunakan Citra Landsat. Menurut software yang dipakan oleh Lia (teman saya) untuk mengetahui lebat atau tidaknya hutan, disana ada tiga titik hutan yang hutan mangrove-nya berbeda, 1. hutan mangrove lebat, 2. hutan mangrove jarang, 3. hutan mangrove sedang. makanya kami datang kesana untuk membuktikan kebenaran data dari hasil olahan software.
sebenarnya yang punya gawe bukan saya, saya cuma bagian foto-foto aja... hehe... tapi dari sini saya jadi ngerti karakter hutan mangrove disana.
Lia dan saya

Penelitian 1. Mangrove jarang

Terdampar di laut berjam-jam, menunggu kapal jemputan

Ini dia para peneliti mangrove juga peneliti keong sih :p

Penelitian 2. Mangrove Lebat
si Joana terjerembab dalam lumpur


Di kali porong ini ada pulau buatan yang diberi nama Pulau Sarinah atau Pulau Baru, ada juga Pulau Dem, dan Pulau pitu.
Kali Porong (Sungai Porong), adalah anak sungai Brantas yang berhulu di Kota Mojokerto, mengalir ke arah timur dan bermuara di Selat Madura.
Nama Porong diambil dari nama sebuah kecamatan yang terletak di ujung selatan Kabupaten Sidoarjo. Sungai ini membatasi Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan.
Sungai ini adalh sungai buatan alias terusan utk mengalihkan sebagian aliran sungai brantas yg bermuara di surabaya. STerusan ini digali/dibuat oleh Airlangga.
 Potret Hutan Mangrove

 Para pencari kerang

 Disana juga masih banyak burung Pelikan

Salah satu rumah warga, rumahnya terbuat dari bambu

Biaya sewa perahu Rp. 200.000,- 
Perahu bisa dinaiki maksimal 12 orang
Lama sewa dari jam 12.00 - 18.00

Kamis, 15 Maret 2012

Lembah Kera

Lembah Kera adalah nama gunung di daerah Kepanjen, tepatnya di desa Gampingan arah sebelum ke wisata bendungan Dempok, gunung ini adalah gunung yang mempunyai tebing yang tinggi, biasanya para pecinta alam, khususnya pemanjat tebing suka menjajal tebing disini.

Rute yang bisa dilaluui ada 2, jika tidak membawa kendaraan bisa menempuh jalan pintas yang licin (saat musim hujan) dan jalannya menanjak, kalo bawa kendaraan mending jangan coba-coba lewat sini karena licin dan sulit dilalui, mending lewat di jalur yang agak jauh tapi jalannya aspal, udah bis dilewati kendaraan (motor, mobil, truck).









WAROENG BAMBOE BATU

bagi para yang hoby kuliner mungkin tempat ini bisa dicoba, tempat makan ini letaknya di arah kanan jalan sebelum Hotel Purnama atau jalan mau ke wisata Cangar/Selecta (jika dari Malang), tempatnya agak masuk ke dalam (bukan di pinggir jalan).

Disana disediakan menu-menu seafood (makanan laut), maksudloh sri? .. maksudnya menu utamanya itu seafood seperti udang, cumi-cumi, ikan kakap dkk. Sedangkan minumannya macam-macam, beras kencur juga ada.

kalo view-nya?? neh.. ane kasih tahu

lesehan di atas kolam ikan

 ikannya gede-gede



ini menu tumis cumi-cumi sama kakap + minumnya beras kencur


selain makan sendiri juga boleh ngasih makan ikan (beli peletnya di kasir)
 

Liputan tentang Waroeng Bambu Batu - Jatim

GUNUNG BANYAK BATU

Orang-orang sering menyebutnya Paralayang karena di gunung ini memang tempatnya untuk terjun payung alias paralayang, kalau aku menyebutnya Bukit Bintang soalnya aku pernah kesana malam-malam, subhanallah pemandangan kelip-kelip lampunya indah sekali..

Rute dari Malang ke arah utara, dari alun-alun Batu belok kiri, melalui jalan wisata payung, melewati desa Pujon, sampai di tikungan desa Pujon (yang ada patung sapi perahnya) belok kanan, setelah itu ada tikungan lagi (ikuti saja), sampai ketemu masjid berhenti, lalu menoleh ke belakang (ancer-ancer paling gampang nih)...

setelah noleh kebelakang, balik arah (ngikuti jalan lurus menanjak), sekitar 10 meter ada gang kecil ke kiri (ada tulisannya menuju ke paralayang), ikuti saja jalan sesuai dengan petunjuk arah, sesampainya di sana ... tereeeeeeeng....

sore hari, view dari arah timur



ini contoh foto pas lagi ada yang terjun payung

ini dia bukit bintang, kalau kesama malam-malam view yang kelihatan seperti ini ni
(kalo lagi gak kabut :D)

Minggu, 22 Januari 2012

GUNUNG BROMO

Bromo, 18 Desember 2011



BROMO

pasir bromo

gunung Batok

gunung ini dipotret dari atas, sebelum arah ke penanjakan, jalur ini ditempuh dari arah Purwodadi atau Nongko Jajar

 inilah gunung bromo (yang bentuknya memanjang)

kebun sayur, (Desa Ngadas)

Lembah Teletubbies

jalan menuju bromo dapat ditembuh melalui jalur Tumapang, Nongko Jajar dan Probolinggo

sejarah suku tengger
menurut mitos sejarah suku tengger berawal pada zaman kerajaan majapahit yaitu joko seger putra dari bhrahmana dan roro anteng putri dari raja brawijaya mereka saling mencintai tetapi karena tidak direstui oleh orang tuanya, merekapun memutuskan pergi dari kerajaan, karena mereka keluarga kerajaan, pada saat mereka meninggalkan kerajaan banyak pengawal yang ikut bersamanya, menurut legenda nama suku tengger diambil dari akhiran nama kedua pasang suami istri itu yaitu, “teng” dari roro anteng dan “ger” dari joko seger. dan secara etomologis nama tengger mempunyai kandungan makna yang menjadi sifat dasar masyarakat suku tengger. secara etimologis, tengger berarti berdiri tegak, diam tanpa bergerak (jawa). bila dikaitkan dengan adat dan kepercayaan, arti tengger adalah tengering budi luhur. artinya tanda bahwa warganya memiliki budi luhur.

seteleh sekian lama menikah tepatnya sewindu pasangan ini belum juga di karunia anak akhirnya merekapun meminta petunjuk kepada yang maha kuasa (sang hyang widi wasa) selama bertapa 6 tahun dan setiap tahun berganti arah. sang hyang widi menanggapi semedi mereka. dari puncak gunung bromo keluar semburan cahaya yang kemudian menyusup ke dalam jiwa rara anteng dan joko seger. ada pawisik mereka akan dikaruniai anak, namun anak terakhir harus dikorbankan di kawah gunung bromo. pasangan ini dikarunia 25 anak sesuai permohonan mereka, karena wilayah tengger penduduknya sangat sedikit. putra terakhir bernama raden kusuma. bertahun-tahun kemudian gunung bromo mengeluarkan semburan api sebagai tanda janji harus ditepati. suami istri itu tak rela mengorbankan anak bungsu mereka. raden kusuma kemudian disembunyikan di sekitar desa ngadas. namun semburan api itu sampai juga di ngadas. raden kusuma lantas pergi ke kawah gunung bromo. dari kawah terdengar suara raden kusuma supaya saudara-saudaranya hidup rukun. ia rela berkorban sebagai wakil saudara-saudaranya dan masyarakat setempat. tepatnya tanggal 14 kesada dalam kalender suku tengger  yang sekarang di peringati dengan upacara kasodo.
nama nama anak joko seger dan roro anteng
  1. tumenggung klewung (gunung ringgit)
  2. sinta wiji (gunung kidangan)
  3. ki baru klinting (lemah kuning)
  4. ki rawit (gunung sumber semani)
  5. jinting jinah (gunung jinahan)
  6. ical (gunung pranten)
  7. prabu siwah (gunung lingga)
  8. cokro pranoto aminoto (gunung gendera)
  9. tunggul wulung (cemoro lawang)
  10. tumenggung klinter (gunung penanjakan)
  11. raden bagus waris (watu balang)
  12. ki dukun (watu wungkuk)
  13. ki pranoto (poten)
  14. ni perniti (gunung bajangan)
  15. petung supit (tunggukan)
  16. raden mas sigit (gunung batok)
  17. puspa ki gentong (widodaren)
  18. kaki teku niti teku (guyangan)
  19. ki dadung awuk (banyu pakis)
  20. ki demeling (pusung lingker)
  21. ki sindu jaya (wonongkoro)
  22. raden sapujagad (pundak lemdu)
  23. ki jenggot (rujag)
  24. demang diningrat (gunung semeru)
  25. raden kusuma (gunung bromo)