Waktu
itu aku sedang menikmati burung-burung “kugeruk” di danau Regulo, di dalam
tenda, bersama temanku Tomas, Tomas yang nyebelin itu lho, waktu itu tidak ada
hal lain selain asap kentut yang ku hirup di dalam tenda, bagaimana tidak aku
ingin cepat-cepat pulang kalau teman setendaku tukang kentut tak beraturan,
sayangnya aku gak bawa selang, kalau saja aku bawa selang, bisa jadi selangnya
akan ku masukkan ke saluran kentutnya dan ku kembalikan lagi ke mulutnya, biar
dia telan-telan sendiri kentutnya itu, Oh Tomas, kenapa hidupmu penuh kentut?
Tomas penuh kentut
Untuk menghibur diriku sendiri aku
sempat sedikit mengerjainya, aku buka smartphone
ku, sebenarnya aku tidak setuju kalau benda ini dinamai smartphone, tapi ya sudahlah stuppid
people, ku lanjutkan ceritaku ya sayang, aku buka google chrome, lalu aku buka beranda facebook, dengan wajah serius seperti biasanya, aku sedikit kaget
“wow, aku bisa facebook-an”, aku
sambil memperlihatkan tampilan beranda facebook pada Tomas, dia langsung buka smartphone-nya dan membuka facebook tapi tidak bisa, heuheuheu
ternyata Tomas itu selain suka kentut juga sedikit anu. Heuheuheu.
Dia ngeyel kenapa HP nya tidak bisa
membuka facebook, haduuuhh gaes, aku
juga gak bisa keules, aku tak tahan lama-lama berpura-pura facebook-an, wong dari tadi itu capture-an
gaes, aku bilang saja kalau aku juga gak bisa online keules, seketika itu dia langsung kecewa, entah kecewa ku
kerjain atau kecewa karena tidak bisa online,
lagi-lagi sepi, tidak ada percakapan antara kami, di danau itu hanya ada kami
berdua, tidak ada pendaki yang mau camping disini, cuma aku dan Tomas yang
memang agak aneh.
Suara angin, air, ranting-ranting
jatuh, burung “kugeruk” yang masih sering menghantar bunyinya di telinga kami
malam-malam itu membuatku tak ingin diam, sunyinya merdu tapi terlalu merdu,
aku tak pernah mendengar sunyi yang sesunyi itu, meskipun ada smartphone yang sedang memutar lagu-lagu
kesukaan Tomas, rasanya kurang kalau aku tidak menggaduhkan diri sendiri,
lagi-lagi aku obrak-abrik smartphone
ku, kira-kira ada apa disana, ternyata ada sample
buku idolaku yang aku simpan, waktunya membaca.
Menjelang petang
Aku terselamatkan dari mata yang tak
ingin tidur sedini ini, aku lihat jam tanganku ternyata masih jam 18:00, oh
sayang... jam 18:00 aku sudah tidak ingin keluar tenda, di luar gelap sekali,
biasanya kalau ke gunung-gunung yang lain jam segitu adalah waktu yang tepat
untuk menikmati bulan yang berenang di danau, bintang-bintang yang saling
berkedipan mata satu sama lain, suara-suara asing di balik rerumputan,
gesekan-gesekan dedaunan saling bersalaman, sambil menyeruput kopi panas. Kali
ini tidak sayang... terimakasih, selalin sunyi, dingin juga menjadi alasan
Tomas tidak mau di luar tenda, padahal aku sangat tahu, jelas tahu kalau Tomas
sebenarnya adalah lelaki penakut, hmmmm.
Baiklah, akan ku kacaukan suara lagu
di smartphone Tomas, akan ku ganti
dengan suara ku membaca sample buku
Jiwo J#ncuk oleh Sujiwo Tejo, sengaja aku baca keras-keras biar Tomas juga ikut
mendengarnya, benar sekali sample buku itu membuat kami cekikikan di dalam
tenda karena kalimat-kalimat anehnya Sujiwo Tejo, penelitian-penelitiannya yang
remeh tapi selalu membuatku bilang “iya ya, bener”, begitu juga buku-buku Sujiwo Tejo yang lain.